Analisis

Apakah REDD+ bergerak terlalu lambat? Tidak selalu…

Membawa nilai baru ke alam dan menghubungkan alam dengan pasar internasional, dapat menimbulkan perampasan lahan dan sumber daya.
Bagikan
0
Kredit foro: Flickr

Bacaan terkait

BOGOR, Indonesia (4 Juli 2012)_Implementasi REDD+ dimaksudkan agar “besar, cepat dan murah”. Sejauh ini, hal tersebut bukan suatu hal besar, tetapi banyak usaha yang lebih kecil yang dirancang dan diimplementasikan oleh banyak donatur dan lembaga yang berbeda, sejumlah program yang lambat dirancang dan diimplementasikannya, dan mungkin lebih mahal dari perkiraan semula. Apakah hal tersebut buruk?

Dalam lima tahun pertamanya, REDD+ telah bertumbuh semakin luas dan rumit dalam berbagai cara yang tidak terduga, ujar  Angelsen et al., para penyunting dari kumpulan penelitian baru berjudul Menganalisis REDD+: Tantangan dan Pilihan. Sebagian disebabkan oleh kurangnya pendanaan jangka panjang yang dapat diandalkan dan keanekaragaman kepentingan, lembaga, gagasan dan informasi yang besar sekali, proyek-proyek REDD+ yang pertama dijalankan dengan dana pembangunan. Mereka tidak memiliki landasan dan pendanaan yang dapat diandalkan yang mungkin dapat dihasilkan oleh sebuah kesepakatan baru mengenai perubahan iklim internasional.

Para penyunting menggambarkan REDD+ sebagai sebuah “kanopi lebar” di mana di bawahnya sejumlah besar pelaku dapat menerapkan gagasan-gagasan mereka sendiri mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengurangi deforestasi dan degradasi hutan.

Tetapi REDD+ masih jauh dari mencapai perubahan transformasional yang dipandang para penyunting sebagai prasyarat untuk mengatasi “bisnis seperti biasa” yang terus mendorong berkurangnya hutan.

Brockhaus dan Angelsen mengatakan perubahan transformasional semacam itu akan memerlukan “sebuah pergeseran dalam wacana, sikap, hubungan kekuasaan dan kebijakan dan tindakan protes yang disengaja”. Insentif ekonomi yang mendorong penggunaan hutan tidak berkelanjutan harus dihilangkan. Informasi baru harus disebarkan melalui berbagai kelompok pelaku nasional dan lokal yang terkait dengan “hak, konservasi hutan, dan ketidaksetaraan.” Koalisi-koalisi baru harus dilakukan untuk mewakili kepentingan-kepentingan yang berbeda.

Untuk melakukan hal ini, tentu saja, bersifat menantang. Koalisi dengan kepentingan yang berbeda dapat mengakibatkan kehilangan fokus mengenai apa yang menjadi anggapan tentang REDD+. Para ilmuwan telah menemukan bahwa sulit untuk menghasilkan dan membagikan informasi yang jelas mengenai keseimbangan iklim dan karbon. Mengubah insentif ekonomi memerlukan pemahaman tentang biaya kesempatan, yang sangat bervariasi, dan juga mengenai hubungan kekuasaan antara berbagai kelompok yang akan menang atau kalah.

httpv://www.youtube.com/watch?v=0iC_O90QDlg

Menggerakkan berbagai kelompok untuk membawa perubahan pada berbagai skala politik yang berbeda pastilah memerlukan pembagian keuntungan yang setara. Namun sebagaimana dikemukakan Luttrell et al. dalam salah satu pasal buku tersebut, ada banyak argumentasi yang secara potensial saling bertentangan mengenai siapa yang harus mendapat keuntungan dari skema REDD+. Apakah keuntungan seharusnya mengalir kepada orang-orang yang memiliki hak legal atas lahan dan sumber daya yang menyimpan karbon, atau kepada para pengelola hutan yang baik, yang mungkin tidak mempunyai klaim legal yang jelas atas hutan tersebut, atau kepada pengimplementasi skema REDD+ seperti perusahaan swasta atau LSM?

Fakta bahwa REDD+ bukan sebuah program besar tersentralisasi yang mengikuti prinsip-prinsip multilateral yang mengikat yang diabadikan dalam sebuah konvensi global dengan mekanisme pendanaan yang terkelola dengan baik seharusnya tidak menjadi penghalang terbesar.  Skema REDD+ yang besar dan cepat dapat membawa risiko, sebagaimana disoroti dalam tinjauan baru-baru ini oleh  Fairhead et al. mengenai “green grabbing” (perebutan hijau). Membawa nilai baru ke alam (sebagaimana yang akan dilakukan REDD+) dan menghubungkan alam tersebut dengan pasar dalam suatu sistem internasional, di mana kepentingan bisnis asing dan nasional sering kali diperlakukan istimewa oleh negara, dapat menimbulkan perampasan lokal dari lahan dan sumber daya melalui berbagai proses “pengurungan, teritorialisasi, legalisasi dan kekerasan”, sebagaimana dirinci oleh Peluso dan Lund.

Menganalisis REDD+ berusaha untuk menunjukkan hambatan potensial dan kekurangan struktural apa yang perlu ditangani agar  REDD+ berfungsi dalam jangka panjang tanpa efek yang sedemikian menghancurkan secara sosial. Banyak dari penulis buku tersebut (misalnya Jagger et al.) meminta agar koalisi baru dan lembaga untuk mengamankan bukan hanya lingkungan hutan tetapi juga hak-hak pada tingkat komunitas dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Juga, seperti yang dijelaskan Larson et al. , solusi terhadap masalah tenurial lahan dan sumber daya merupakan bagian dari perubahan transformasional yang diperlukan agar REDD+ dapat berperan.

Pada akhirnya, Menganalisis REDD+ menunjukkan sikap optimis dengan kehati-hatian. Bila koalisi yang terlibat diciptakan sehingga memengaruhi kebijakan, mudah-mudahan mereka melakukannya dengan dasar “tanpa penyesalan”. Sepanjang jalan, mereka dapat mencapai beberapa sasaran postif, seperti misalnya menghilangkan subsidi jahat dan menyelesaikan masalah tenurial lokal.

Menganalisis REDD+ tidak berpura-pura untuk menyelesaikan semua masalah yang dihadapi dalam implementasinya. Tetapi buku itu melakukan tugas yang baik dalam menunjukkan masalah-masalah mana yang memerlukan solusi. Buku ini juga menyoroti di mana berbagai lembaga perlu bergerak dalam pengertian menerapkan gagasan-gagasan yang beranekaragam, membagikan lebih banyak informasi, dan menghormati (dan bilaman perlu, melindungi) kepentingan dari banyak kelompok.

Bila REDD+ berlanjut dengan lebih lambat dari yang diharapkan, itu tidak berarti buruk. Bila hal itu akan terjadi, REDD+ yang berkelanjutan harus berkembang seirama dengan berbagai lembaga yang mengamankan hak-hak lokal terhadap lahan dan sumber daya, dan seirama dengan adaptabilitas dari sistem hukum dan kepentingan ekonomi nasional.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org