Wawancara

AUDIO T+J: Apakah anak-anak yang tinggal di hutan memiliki pola makan lebih bernutrisi?

Semakin banyak pohon di sekitar masyarakat, semakin baik pola makan anak-anak. Tetapi, hutan malah dibuka atas nama keamanan pangan.
Bagikan
0
Penelitian ilmiah menemukan bahwa kehidupan anak-anak Afrika yang tinggal di hutan lebih tinggi tingkat keragaman dietnya dan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran. CIFOR / Terry Sunderland

Bacaan terkait

BOGOR, Indonesia (31 Mei 2013) – Para ilmuwan di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research, CIFOR) berharap bahwa penelitian baru akan menjelaskan kaitan antara tutupan pohon dengan nutrisi anak-anak yang baik.

Dalam wawancara berikut ini, Amy Ickowitz, ilmuwan ekonomi pembangunan dan sumber daya alam, menjelaskan tujuan penelitian CIFOR tentang pohon dan nutrisi anak di Konferensi Internasional Hutan untuk Keamanan Pangan dan Nutrisi.

Pertemuan di kota Roma ini diselenggarakan oleh Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO), bertujuan mendalami peran penting yang dimainkan hutan dalam kehidupan masyarakat pedesaan dan ekonomi global.

Mari kita dengarkan wawancara lisan berikut ini:

T: Konferensi Hutan dan Pangan yang akan berlangsung di Roma akan mencermati tema nutrisi dan hutan. Dapatkah anda menjelaskan maknanya dan apa kaitannya dengan pekerjaan anda?

J: “Topik keamanan pangan telah cukup menjadi bahan diskusi selama beberapa tahun terakhir. Perkiraan peningkatan populasi dan jumlah makanan yang akan kita butuhkan untuk memberi makan 9 miliar orang di dunia seperti yang diperkirakan (pada tahun 2050) telah banyak berpusat pada memproduksi cukup kalori – cukup energi untuk memberi makan 9 miliar orang yang kita perkirakan.

“Namun terdapat aspek lain yang kadang-kadang tidak memperoleh cukup perhatian, yaitu aspek kualitas makanan yang dibutuhkan oleh manusia – bahkan juga oleh manusia yang hidup saat ini.

“Sebuah komponen penting adalah memperoleh cukup mikronutrisi – khususnya, vitamin A, zat besi dan seng. Hal-hal tersebut adalah mikronutrisi penting yang sering kali tidak terpenuhi dalam makanan yang dikonsumsi manusia, khususnya di negara-negara berkembang.

“Saya adalah seorang ekonom pembangunan dan ekonom sumber daya alam, jadi saya mengamati berbagai isu terkait kemiskinan dan hubungannya dengan sebuah landasan sumber daya alam. Saya bekerja untuk CIFOR, Pusat Penelitian Kehutanan Internasional – yang menjadi wadah terintegrasinya isu-isu ini: potensi atau peran yang nyata – merupakan bagian yang kami amati – atas hutan dan kontribusinya bagi nutrisi.

“Sejumlah kolega dan saya sendiri baru-baru ini melakukan beberapa penelitian dengan menggunakan data dari 21 negara di Afrika yang mengamati pola makan anak-anak di bawah lima tahun dan kami mendapatkan bahwa nampaknya terdapat hubungan yang menarik antara tutupan pohon dan sejumlah indikator nutrisi.

“Kami menemukan bahwa anak-anak di Afrika yang tinggal dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat lebih banyak tutupan hutan memiliki keragaman pola makan yang lebih tinggi serta mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayur-sayuran sampai tiga kali lipat lebihnya. Jadi ketika tutupan hutan mencapai sekitar 50-60 persen, yang merupakan hutan sangat lebat, hubungan ini sedikit menurun namun kemudian meningkat – seperti ditunjukkan oleh data kami – semakin banyak pohon di sekitar masyarakat, semakin baik pola makan anak-anak.

T: Apa makna dari hal tersebut?

J: “Terdapat dua aspek dari ‘apa yang menentukan hubungan tersebut, dan mengapa demikian?’ Aspek lainnya bisa jadi merupakan aspek kebijakan. Hipotesis kami adalah bahwa orang yang tinggal dalam masyarakat dengan lebih banyak tutupan pohon memiliki akses yang lebih besar atas hutan dan makanan hutan, yang kebanyakan cenderung memiliki kandungan vitamin A yang tinggi, jadi buah-buahan liar dan sayuran, adalah terutama yang penting, daging hutan juga merupakan sumber zat besi yang penting, namun data yang kami gunakan masih merupakan data kasar sehingga kami tidak bisa benar-benar yakin tentang apa yang sebenarnya terjadi.

“Saat ini CIFOR memulai proyek pada lima negara Afrika untuk lebih mendalami, untuk mewawancarai rumah tangga untuk mengetahui dari mana sebenarnya asal makanan mereka – ‘apakah makanan dari hutan dalam hipotesis kami adalah penentu hubungan ini dan apakah hal ini berbeda pada jenis-jenis hutan yang berbeda?’ – untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi –

“Saya rasa apa yang anda maksud dengan pertanyaan:’apakah sebenarnya makna dari hal ini?’ – intinya, apabila hipotesis kami benar, adalah bahwa hutan dapat menjadi komponen keamanan pangan yang penting di dalam dan dari diri mereka sendiri. Sering kali orang – khususnya agronom dan para pembuat kebijakan – berbicara tentang hutan seolah-olah mereka merupakan penghambat untuk keamanan pangan, karena jika anda bermaksud menghasilkan kalori untuk memberi makan orang kemudian mereka menempati lahan yang berharga yang dapat digunakan untuk pertanian, untuk membudidayakan beras, atau bahan pokok lainnya.

Apa yang akhirnya terjadi adalah hutan dibuka dengan mengatasnamakan keamanan pangan. “Namun yang kita katakan adalah apabila anda melihat keamanan pangan secara lebih luas dan ikut memperhitungkan nutrisi makanan, maka hutan itu sendiri dapat memainkan sebuah peran yang sangat penting dalam keamanan pangan dari sisi nutrisi. Ini merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhitungkan oleh para pembuat kebijakan ketika mereka mengembangkan rencana pemanfaatan lahan.

T: Ketika berbicara tentang meningkatkan keamanan pangan melalui makanan hutan, apakah anda berbicara tentang masyarakat setempat yang tinggal di dalam hutan, atau apakah anda berbicara tentang suatu proyek yang lebih global?

J: “Sekali lagi, saya rasa terdapat dua aspek. Pertama adalah hal-hal yang menjadi hipotesis kita yang mungkin merupakan pemicu dari hubungan – jika ini merupakan makanan hutan, kami pikir ini merupakan suatu ikatan yang bersifat lokal,  lebih memikirkan tentang masyarakat kecil, penduduk desa yang tinggal di wilayah hutan dan makanan yang menjadi sumber pangan mereka.

“Kami bisa saja salah dan bahwa ini bukan merupakan pemicu hubungan – bisa jadi bahwa hutan menyediakan – kami pikir ini merupakan salah satu aspek dari isu yang dibahas juga – bahwa hutan menyediakan jasa ekosistem untuk pertanian.

“Apabila memang demikian yang terjadi, bisa jadi bahwa orang yang hidup dekat dengan hutan tersebut kebetulan beruntung karena mereka berada langsung dan dekat dengan tempat dan memperoleh jasa lingkungan dan yang menyebabkan pertanian mereka lebih produktif, yang memungkinkan mereka untuk memiliki pola makan yang bergizi, namun (bisa juga) bahwa terdapat masyarakat lain yang juga dapat mengambil keuntungan dari jasa ekosistem tersebut.

“Jadi saya rasa ini tetap bukan merupakan sesuatu yang bersifat global, namun ini merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar lokal.

Kontak Ilmuwan:  Amy Ickowitz

Penelitian CIFOR tentang hutan nutrisi merupakan bagian dari Program CGIAR untuk Hutan, Pohon dan Wanatani dan didukung oleh Departemen untuk Pembangunan Internasional Inggris (Department for International Development/DFID) dan Badan Pembangunan Austria (The Austrian Development Agency).

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org