Berkas Fakta

DOKUMEN FAKTA: Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan akan menjadi agenda internasional. Fakta-fakta pentingnya bisa dibaca di sini.
Bagikan
0
Countries are designing Sustainable Development Goals to replace the Millennium Development Goals in 2015.

Bacaan terkait

BOGOR, Indonesia (12 Februari 2014) _ Kelompok Kerja Terbuka PBB mengenai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) akan menggelar pertemuan akhir pada 3-7 Februari 2014 di New York. Seluruh 30 anggota kelompok kerja akan fokus pada peran keragaman hayati, hutan dan lautan untuk kemajuan kemanusiaan. Ilmuwan CIFOR, Daju Pradnja Resosudarmo akan memberikan presentasi mengenai hutan dalam kerangka pembangunan lanjut. Setelah pertemuan, kelompok kerja ini akan menyusun laporan untuk diserahkan kepada Sekretaris Jendral PBB, Ban Ki-moon pada bulan September.

Ringkasan:

  • Negara-negara tengah merancang Tujuan Pembangunan berkelanjutan, menggantikan Tujuan Pembangunan Milenia di tahun 2015
  • Tujuan-tujuan ini, meliputi beragam sektor, memandu pembangunan global mencapai tujuan terukur seperti mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, dll.
  • Hutan, pertanian dan pemanfaatan bentang alam lain akan menjadi komponen penting untuk mencapai banyak tujuan potensial, termasuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, serta mengatasi perubahan iklim.

Baca proses ganda kerangka kerja SDG dan perubahan iklim secara ringkas di sini.

Apa saja Tujuan Pembangunan Berkelanjutan?

  • Pada 2015, delapan Tujuan Pembangunan Milenia (MDGs) yang saat ini menjadi kerangka kerja pembangunan global akan berakhir. MDGs membuat kemajuan terukur dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan kelaparan seraya meningkatkan akses terhadap pendidikan dasar dan perawatan anak, selain juga kemajuan lain.
  • Sebuah laporan Satuan Tugas PBB, yang mempersiapkan Konferensi PBB mengenai Pembangunan Berkelanjutan 2012 (juga dikenal sebagai “Rio+20”), memuji kemajuan pesat pencapaian MDGs – tetapi menyoroti kendala dan tantangan yang masih tersisa:
    • Membawa lingkungan keluar dari kungkungannya: Dalam kerangka MDG, lingkungan hanya disebut di bawah tujuan tunggal – MDG 7. Sebuah kerangka kerja baru dapat mengalokasikan peran sentral faktor lingkungan, memperlakukan mereka sebagai dasar bagi semua hasil pembangunan
    • Mengarah pada tujuan universal: MDG fokus pada hasil yang seharusnya dicapai di dalam negara berkembang, seperti memerangi kemiskinan dan kelaparan. Dalam kerangka ini, peran negara maju terbatas pada memberikan bantuan pembangunan dan asistensi teknis. Untuk tujuan baru, banyak yang menyuarakan tanggungjawab yang bisa diterapkan pada negara maju, termasuk lebih bertanggungjawab pada produksi dan konsumsi.
    • Membangun kemitraan nyata bagi pembangunan: MDG menekankan pada aksi di negara berkembang dan kerangka bantuan tradisional. Kemitraan di antara aktor-aktor kunci seperti sektor swasta dan LSM transnasional, seperti juga bentuk inovatif kerjasama lain, yang jarang diwujudkan.
    • Tujuan lebih dalam untuk dampak lebih besar: Banyak tujuan fokus semata pada kuantitas daripada kualitas hasil: keamanan pangan diukur melalui akses terhadap makanan, bukan nutrisi; pendidikan melalui siswa masuk, bukan angka kelulusan. Tujuan-tujuan baru memungkinkan cara pandang lebih rinci pada pencapaian pembangunan.
    • Fokus pada kualitas pembangunan: MDG memberikan panduan terkait jenis pembangunan yang diinginkan. Pemangku kepentingan kini berdebat bahwa tujuan yang menempatkan keberlanjutan dan kesetaraan harus diutamakan.
    • Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sebagai agenda pembangunan global diusulkan pertama kali oleh pemerintah Kolombia, Peru, Guatemala dan Uni Emirat Arab sebelum konferensi Rio+20 pada 2012.

Siapa yang memilih susunan akhir tujuan dan kapan?

  • Kelompok Kerja Terbuka (OWG) untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah kelompok beranggotakan 30 anggota, melapor pada Sidang Umum PBB (UNGA).
    • Untuk pertama kali, negara-negara akan menggunakan regulasi baru yang memungkinkan mereka berbagi keanggotaan. Banyak negara regional yang memiliki kemiripan – seperti Prancis/Jerman/Swiss atau China/Indonesia/Kazakhstan – berbagi tempat duduk. Secara total, 70 negara diwakili dalam Kelompok Kerja Terbuka.
    • Sejak Maret 2013, kelompok kerja terbuka berkumpul dalam tujuh pertemuan, mendiskusikan ragam isu: pertanian berkelanjutan, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim dan kesetaraan, misalnya.
    • PBB juga mengumpulkan pandangan global melalui proses-proses lain:
      • Panel Tingkat Tinggi dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf dan Perdana Menteri Inggris David Cameron memberika rekomendasi kepada Sekretaris Jendral Ban Ki-moon pada May 2013 – salah satunya adalah seruan pergeseran transformasional untuk menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai inti dari semua intervensi masa depan.
      • Konsultasi nasional dan tematik tengah dilakukan di lebih dari 60 negara, melibatkan beragam kelompok pemangku kepentingan mulai dari akademisi, LSM, sektor swasta, pemerintah dan organisasi pemuda.
      • Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan di bawah kepemimpinan Jeffrey Sachs membawa universitas dan lembaga riset untuk memberi nasihat ilmiah.
    • Pada September 2014, Sidang Umum PBB mulai akan mendiskusikan kerangka kerja SDG berbasis rekomendasi yang telah dibuat beragam lembaga.
    • Forum Politik Tingkat Tinggi mengenai pembangunan berkelanjutan, yang beranggotakan pemimpin pemerintahan, akan membuat keputusan akhir pada September 2015.
    • Organisasi penasehat teknis dan ilmiah akan mengerjakan detail secara paralel untuk proses pengambilan keputusan.

Apa peran yang dimainkan hutan, pertanian dan penggunaan lahan lain?

  • Hutan, pertanian dan penggunaan lahan lain sangat krusial bagi pencapaian beragam SDGs yang saat ini dipertimbangkan: pengurangan kemiskinan, lapangan kerja, keamanan pangan, nutrisi dan air minum bersih:
    • Produksi pertanian perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk memberi makan populasi manusia sebanyak 9 miliar pada 2050.
    • Pengelolaan bentang alam berkelanjutan juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap sejumlah aspirasi usulan seperti kesetaraan gender, tata kelola yang baik dan kemitraan pembangunan kolaboratif.
    • Tetap saja, penggunaan lahan menimbulkan 30% emisi di seluruh dunia dan pertanian menjadi pendorong terbesar deforestasi (80% hutan digunduli untuk menjadi lahan pertanian).

Bagaimana kita sampai di sini?

    • Pertemuan Kelompok Kerja Terbuka PBB sebelumnya yang mendiskusikan pertanian dan perubahan iklim, telah mengindentifikasi prioritas berikut dalam kaitannya dengan perubahan penggunaan lahan:
      • Meningkatkan produktivitas petani kecil dan penghasilan desa pada kebutuhan dasar berkelanjutan yang bisa dicapai untuk mengakhiri kelaparan dan kemiskinan
      • Rantai nilai pertanian di negara berkembang dan limbah makanan di negara maju perlu ditangani
      • Kombinasi pengetahuan peternak tradisional dan temuan ilmiah terbaru disebarkan untuk pertanian berkelanjutan
      • Peran dan komitmen UNFCCC perlu dihargai dan menginformasi pemikiran perubahan iklim dalam SDGs
      • Setara tetapi tanggung jawab berbeda: negara-negara mengakui prinsip bahwa baik negara maju dan berkembang harus bertindak melawan perubahan iklim, tetapi ditekankan prinsip “berubah seiring waktu”
      • Tantangan perubahan iklim harus direfleksikan melalui beberapa target terkait, antara lain: melindungi hutan, keamanan pangan, manajemen air dan meningkatkan jalan
    • Digelar bersamaan dengan UNFCCC COP19 di Warsawan, Forum Bentang Alam Global pertama – dihadiri 1.200 orang, di antaranya 180 negosiator perubahan iklim – menyusun rekomendasi untuk SDGs.
    • Peserta Forum Bentang Alam Global mengidentifikasi dua opsi saling menguatkan untuk mengatasi penggunaan lahan dalam kerangka kerja SDG:
      • Memperlakukan bentang alam sebagai isu lintas sektor, berkontribusi pada beragam tujuan yang dimungkinkan
      • Merancang tujuan mandiri mengenai bentang alam berkelanjutan

Keberhasilan tujuan bentang alam ini dapat diukur menggunakan sekumpulan indikator dan target terukur, termasuk peningkatan penghidupan, keamanan pangan, jasa lingkungan, keragaman hayati dan efisiensi sumber daya.

Sesi tingkat tinggi Forum Bentang alam Global di Warsawa mendiskusikan peran bentang alam dalam pembangunan masa depan dan agenda iklim. Panel meliputi Menteri Lingkungan Finlandia Ville Niinisto, Menteri Pertanian Rwanda Agnes Kalibata, Kepala Penasihat Keberlanjutan Danone Bernard Giraud dan Presiden Institut Sumber Daya Dunia Andrew Steer. Sesi ini dimoderatori oleh Direktur Jenderal CIFOR Peter Holmgren.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org