Opini

Dapatkan kita percaya data tingkat-negara hasil penilaian hutan global?

Terdapat perbedaan signifikan antara Penilaian Sumber Daya FAO Global Forest danGlobal Forest Watch.
Bagikan
0
Adanya perbedaan metode, definisi, kelengkapan dan verifikasi lapangan mengarah pada perbedaan hasil data tutupan hutan. Mokhammad Edliadi/CIFOR

Bacaan terkait

Kita semua didorong oleh komitmen politik terbaru untuk “mengakhiri deforestasi” atau “menghentikan kehilangan hutan alam” di dekade berikut. Komitmen tersebut dinyatakan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Tujuan 15, target 2), Deklarasi Hutan New York dan keputusan Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB.

Tetapi, dengan rujukan apa kita seharusnya memantau kemajuan menuju target yang dinyatakan dalam komitmen tersebut? Dan apakah kita sudah memiliki proses dalam menghasilkan temuan yang akurat?

Di artikel sebelumnya saya menganalogikan upaya menilai perubahan hutan dunia dengan cerita mengenai orang buta dan gajah. Perbedaan metode, definisi, kelengkapan dan verifikasi lapangan mengarah pada hasil yang sama sekali tak bisa dibandingkan antara Global Forest Watch dan FAO Global Forest Resources Assessment.

Hasil-hasil itu dikomunikasikan secara luas dan digunakan sebagai rujukan banyak analisis politik dan ekonomi. Faktanya memang sedikit sumber alternatif informasi perubahan hutan dunia.

Walaupun, dengan informasi saling bertentangan, risiko mispersepsi dan kesalahan konklusi jelas ada. Untuk menentukan seberapa dalam kebingungan, kita perlu lebih jauh memeriksa laporan penilaian yang didanai publik ini.

Jelas bahwa perbedaan disebabkan situasi tak sama di lapangan. Peter Holmgren

Di sini, saya mendalami data tingkat-negara hasil FRA 2015 dan GFW. Untuk FRA 2015 saya menggunakan rata-rata perubahan area hutan tahunan 2010-2015, dan untuk GFW rata-rata “kehilangan tutupan pohon” 2010-2014, sebagaimana dilaporkan menggunakan 30% ambang tutupan kanopi dalam algoritma.

Data total dunia adalah -3,3 Mha/tahun untuk FRA 2015 dan -19,8 Mha/tahun untuk GFW, dengan catatan bahwa rata-rata lima tahun GFW lebih tinggi -18 Mha yang dilaporkan 2014.

Agar data lebih mudah dicerna, saya mengeluarkan 29 negara yang memiliki lebih dari 20 Mha hutan pada 2015, merujuk FRA 2005. Digabungkan, negara-negara tersebut memiliki 85% hutan dunia. Perubahan total area hutan mereka dalam periode menurut FRA adalah -2,2 Mha/tahun, dan “kehilangan tutupan pohon” GFW 16,4 Mha/tahun. Lihat tabel data di sini.

Dari data per negara, jelas bahwa perbedaan disebabkan oleh situasi tak sama di lapangan. Saya memutuskan membagi 29 negara dalam lima kategori untuk menandai mengapa celah perbedaan ini sangat signifikan.

Kategori 1. Kontradiksi sempurna – negara di mana FRA menunjukkan wilayah hutan yang stabil atau meningkat, GFW melaporkan kehilangan besar tutupan pohon. Meliputi: Australia, Kanada, China, Finlandia, Gabon, India, Malaysia, Rusia, Swedia dan AS, yang memiliki sekitar separuh hutan dunia.

– FRA 2015: total kenaikan 2,4 Mha/tahun

– GFW: total kehilangan 9,6 Mha/tahun

Penjelasan yang mungkin: Negara-negara tersebut menunjukkan kehilangan hutan yang luas, terutama dari pengambilan kayu. Namun, wilayah hutan biasanya tidak terpengaruh oleh pengambilan tersebut, selain karena jenis pemanfaatan lahan tetap “hutan”, dan tegakan dibiarkan tumbuh kembali secara alami atau secara aktif ditanami kembali. Sebagai tambahan, sebagian negara tersebut melaporkan target peningkatan area hutan – sesuatu yang tidak dihitung GFW. Sebagian besar negara tersebut memiliki sistem inventarisasi hutan nasional canggih, dan akan melaporkan angka akurat kepada FRA 2015.

Kategori 2. Keserupaan beralasan – negara-negara dimana terjadi perubahan area hutan negatif dan besaran perubahan area FRA dan GFW yang sama. Meliputi: Angola, Argentina, Bolivia dan Peru, yang memiliki 6% hutan dunia.

  • FRA 2015: kehilangan total 0,9 Mha/tahun
  • GFW: kehilangan total 1.0 Mha/tahun

Penjelasan yang mungkin: Di negara-negara itu, kehilangan tutupan pohon umumnya tampaknya terkait dengan deforestasi. Tidak satu pun negara tersebut tampak melakukan perluasan lahan hutan, walaupun hutan yang ada di lahan non-pemerintah mungkin luput dari FRA.

Kategori 3. Perubahan area negatif (kecepatan lebih tinggi dinyatakan GFW) – negara di mana perubahan area negatif, dan kehilangan tutupan pohon GFW tampaknya memperbesar perubahan lahan. Meliputi: Brasil, Kolombia, Republik Demokratik Kongo, Indonesia dan Meksiko, memiliki sekitar 20% hutan dunia.

  • FRA 2015: kehilangan total 2,1 Mha/tahun
  • GFW: kehilangan total 5,0 Mha/tahun

Penjelasan yang mungkin: Mengingat beberapa negara ini memiliki sistem pemantauan hutan nasional canggih, agak tidak mungkin perubahan signifikan area hutan mereka tak tercatat. Jadi, tampaknya GFW melaporkan kehilangan tutupan pohon yang tidak terkait deforestasi. Beberapa di antaranya terkait dengan siklus tata kelola hutan (seperti Kategori 1), dan sebagian lain terkait perubahan di luar hutan, misal perkebunan sawit atau kawasan pertanian lain.

Kategori 4. Perubahan area negatif (kecepatan lebih tinggi dinyatakan FAO) – negara dengan tren negatif, dan perubahan area hutan FAO lebih besar dari kehilangan tutupan hutan GFW. Meliputi: Kamerun, Myanmar, Sudan, Tanzania, Venezuela dan Zambia, memiliki sekitar 6% dari hutan dunia.

  • FRA 2015: kehilangan total 1,6 Mha/tahun
  • GFW: kehilangan total 0,6 Mha/tahun

Kategori ini menarik, karena satu-satunya di mana kehilangan GFW lebih kecil daripada FAO. Mengingat sulit membayangkan kejadian deforestasi tanpa kehilangan tutupan pohon (walaupun secara teoritis mungkin), tampaknya karena kehilangan FAO terlalu dibesar-besarkan. Negara-negara ini umumnya lemah dalam sistem pemantauan nasional, jadi kesalahan pelaporan data mungkin lebih besar. Negara-negara Afrika di atas tampaknya memiliki sejarah membesar-besarkan perubahan area hutan dalam wilayah itu secara keseluruhan, seperti yang dalam FRA 2000 (p. 316, fig 46–11).

Kategori 5. Perubahan relatif kecil dilaporkan FRA dan GFW – negara di mana perubahan area relatif kecil. Meliputi: Republik Afrika Tengah, Jepang, Papua Nugini dan Republik Kongo, memiliki 3% dari hutan dunia.

  • FRA 2015: kehilangan total 0,04 Mha/tahun
  • GFW: kehilangan total 0.2 Mha/tahun.

Kesimpulan

Tingkat korespondensi antara dua sumber data ini sangat rendah, menggambarkan bahwa angka-angka dicatat menggunakan metode dan asumsi berbeda. Gambar 1 menunjukkan korespondensi relatif terhadap keseluruhan area hutan.

Gambar 1. Area hutan berdasar korespondensi antara perubahan area hutan FRA 2015 dan kehilangan tutupan hutan GFW pada tingkat negara untuk kategori 1-5. Merah=tren bertentangan. Kuning=arah perubahan sama tetapi beda besaran. Hijau=data saling berkorespondensi

Gambar 1. Area hutan berdasar korespondensi antara perubahan area hutan FRA 2015 dan kehilangan tutupan hutan GFW pada tingkat negara untuk kategori 1-5. Merah=tren bertentangan. Kuning=arah perubahan sama tetapi beda besaran. Hijau=data saling berkorespondensi

Untuk kategori 1 (merah), ada kontradiksi nyata; untuk kategori 3 dan 4 (kuning) hasil menunjukkan tren ke arah sama, tetapi beda besaran; dan kategori 2 dan 5 (hijau) kaitannya kuat.

Untuk kategori 1, 2, 3 dan 5, tidak ada alasan mengasumsikan bahwa estimasi FAO mengenai perubahan area hutan jauh dari kenyataan. Untuk kategori 4, tidak ada alasan percaya bahwa FAO melakukan estimasi berlebihan terhadap berkurangnya area hutan hingga 1Mha/tahun. Jika ini benar, artinya perubahan bersih area hutan dunia lebih rendah dari -3,3 Mha/tahun yang dilaporkan FAO – mungkin berada pada kisaran -2 hingga -2,5 Mha/tahun. Angka ini bisa lebih rendah jika data menghitung hutan skala kecil yang berkembang dari lahan pertanian. Tampaknya baik FRA atau GFW tidak siap mendeteksi peningkatan itu, meski signifikansinya jelas.

Terlepas seberapapun akurat atau tidaknya penilaian, kealpaan ini berarti mereka tidak lantas cocok untuk memantau kemajuan ke arah komitmen politik mengurangi atau mengakhiri deforestasi

Dan akhirnya, tidak GFW, tidak pula FRA memberi data deforestasi, tetapi memang berbeda walau dalam variabel yang sama. Terlepas seberapa pun akurat atau tidaknya penilaian, kealpaan ini berarti mereka tidak lantas cocok untuk memantau kemajuan ke arah komitmen politik mengurangi atau mengakhiri deforestasi.

Jelas, ada kebutuhan meningkatkan dan mengkonsolidasikan statistik internasional perubahan hutan, yang mencakup:

  • Lembaga pelaporan hutan di tingkat internasional seharusnya lebih terbuka mengenai perbedaan dan ketidakpastian hasil.
  • Dengan menggabungkan secara lebih kolaboratif keterlibatan lembaga nasional dan para pakar, serta penerapan teknologi indera jarak jauh secara internasional, ketidakpastian dapat dikurangi dan kejernihan meningkat.
  • Komitmen oleh negara-negara, sektor swasta dan masyarakat sipil, seperti dalam Deklarasi Hutan New York, seharusnya dikawal dengan komitmen pemantauan kemajuan yang akurat.
  • Investasi arus ditingkatkan untuk memungkinkan lembaga nasional mengimplementasikan pemantauan hutan dan lanskap dalam jangka panjang. Hal ini seharusnya tentu saja tidak dibatasi pada tren area hutan, tetapi meliputi semua jenis kontribusi hutan dan lanskap bagi pembangunan.
Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org