Analisis

Hutan atau lahan beras? Tegakan sekunder di negara tropis Amerika Latin

Kebanyakan hutan akan lenyap dan hutan sekunder merupakan komponen sumber daya hutan yang utama.
Bagikan
0

Bacaan terkait

Setiap tahun, petani kecil di negara tropis Amerika Latin bergerak semakin jauh masuk ke dalam hutan. Mereka menanam tanaman hasil bumi untuk beberapa tahun dan setelah itu lahan diberakan (ditinggalkan dan tidak ditanami) selama 5 atau 10 tahun. Ini dimaksudkan untuk mengembalikan kesuburan tanah dan membantu mengontrol gulma. Disamping itu, lahan juga mneyediakan sumber tanaman obat-obatan, kayu bakar, bahan bangunan, dan produk lainnya. Jika kurang beruntung atau terjadi perang batin petani dimana lahan tersebut tidak cocok untuk ditanami maka lahan akan lebih lama diberakan. Hal ini dapat juga terjadi jika petani kekurangan sumberdaya untuk mengembalikan produktifitas lahannya.

Leslie Holdridge, Gerardo Budowski, Ariel Lugo, Frank Wadsworth, dan tokoh terkemuka lainnya di bidang kehutanan di Amerika Latin, mulai membicarakan tentang pentingnya “hutan sekunder” sejak sepuluh tahun lalu. Namun demikian masyarakat kehutanan masih saja kurang memperhatikan bidang ini dan menganggap hal tersebut kurang penting.

Bagaimanapun juga, lahan milik seorang pria merupakan lahan hutan bagi pria lainnya (begitu pula dengan wanita!). Semuanya tergantung pada kepentingan masing-masing. Saat ini hutan sekunder menyediakan berbagai hasil hutan untuk keperluan rumah tangga, namun sedikit sekali untuk kayu komersial. Data yang diperoleh dari Amazon mneyatakan bahwa hutan sekunder dapat menjerap karbon sekitar 5 ton per hektar per tahun. Meskipun demikian, satu juta hektar hutan primer menyimpan lebih banyak karbon secara total ketimbang hutan sekunder muda. Hutan sekunder mempunyai keanekaragaman yang tinggi, tetapi tidak mempunyai jenis-jenis pohon tertentu yang anda cari.

Peneliti dari Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), Pusat Penelitian dan Pendidikan Pertanian Tropika (CATIE), Perusahaan Penelitian Pertanian Brazil (EMBRAPA), Universitas Pertanina La Molina, dan Universitas Nasional Nicaragua (UNAN) akhir-akhir ini banyak mempelajari dan mengkaji hutan sekunder. “Secondary Forest and Integrated Resources Management in Colonist Swidden Agriculture in Latin America” yang ditulias oleh Joyotee Smith dan rekannya menyajikan sebuah hasil yang akan diterbitkan dalam waktu dekat ini dalam “World Forests, Markets, and Policies”. Tulisan ini diedit oleh M. Palo, J. Usivuori, dan G. Merry. Penulis menganggap bahwa tegakan alami apapun dengan tinggi di atas 5 meter dapat dikatakan sebagai hutan sekunder.

Survai rumah tangga yang dilakukan di Bragantina dan Guama di Para (Brazil), Pucallpa (Peru), dan Rio San Juan (Nicaragua) menunjukkan bahwa kawasan hutan sekunder meningkat secara tetap selama beberapa dekade setelah petani menduduki kawasan bau. Selanjutnya menurun sekitar 20-25 % dari total kawasan. Selanjutnya, kebanyakan hutan akan lenyap dan hutan sekunder merupakan komponen sumber daya hutan yang utama. Para petani mengelola hutan tersebut demi beberapa jenis pohon bernilai komersial. Sebagaian besar dari pohon-pohon di hutan sekunder ini berasal dari terubusan ketimbang dari biji, terutama pada lokasi-lokasi dengan sedikit areal sumberdaya untuk biji.

Tidak satupun orang yang perlu meyakinkan petani agar membiarkan lahannya diberakan karena petanai, bagaimanapun juga akan melakukannya. Namun para pembuat keputusan dan para rimbawan ingin mendorong mereka mempertahankan lahan bera mereka lebih lama lagi dan mengelolanya agar lebih banyak menghasilkan (lebih produktif) disamping jasa pelayanan lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut, Smith dan rekan-rekannya menyarankan antara lain:

* menghilangkan subsidi bagi ternak

* pemantauan dan pengendalian kebakaran

* meningkatkan kualitas lahan bera melalui tanaman pengayaan

* menanam tanaman tahunan yang bernilai tinggi dan membayar petani untuk upaya penjerapan karbon (carbon sequestration)

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org

Bacaan lebih lanjut

Untuk memperoleh versi elektronik paper ini atau mengirimkan tanggapan maupun komentar Anda, silahkan hubungi Joyotee Smith : e.smith@cgiar.org