Berita

Pendekatan baru menetapkan tingkat acuan emisi REDD+ adalah suatu langkah penting

Memperkirakan beberapa titik keseimbangan sangat sulit, dan di sanalah pendekatan pemodelan cenderung gagal.
Bagikan
0
Sebuah pabrik melepaskan karbon dioksida ke atmosfir. Foto oleh Pasi Haapakorva.

Bacaan terkait

RIO DE JANEIRO, Brasil (22 Juni 2012)_ Para peneliti dari Center for International Forestry Research telah mengembangkan sebuah metode baru yang inovatif yang memungkinkan berbagai negara untuk mulai menetapkan referensi gas Tingkat Acuan Emisi  – untuk memperkirakan jumlah karbon yang tersimpan di hutan-hutan mereka dan tingkat pengurangan emisi yang dicapai dengan melindunginya.

Sebuah publikasi CIFOR terbaru, Menganalisis REDD+: Tantangan dan Pilihan, yang diterbitkan minggu ini di sela-sela konferensi Rio+20, peneliti CIFOR Louis Verchot dan timnya memaparkan “pendekatan bertahap” untuk menetapkan Tingkat Acuan Emisi (REL).

Mengembangkan REL merupakan langkah pertama yang penting bila REDD+, yaitu sebuah skema yang didukung PBB bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dunia dengan membayar kepada negara-negara tropis untuk memperlambat deforestasi, dapat berperan, ujar Verchot.

“Tingkat acuan emisi adalah titik acuan dari mana Anda mulai menghitung seberapa banyak pengurangan emisi yang telah Anda capai. REL menentukan kontra faktanya, mengenai seberapa banyak emisi sudah terjadi tanpa adanya kegiatan-kegiatan REDD+ untuk mengurangi emisi,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa REL adalah kunci untuk mengukur seberapa efektifnya projek-projek REDD+ – dan juga untuk menghitung seberapa banyak yang harus dibayarkan kepada mereka yang mengurangi emisi.

Tetapi menurutnya memutuskan dengan tepat berapakah seharusnya tingkatan tersebut, tidaklah mudah.

“Agak rumit untuk menetapkannya karena hal tersebut merupakan kontra fakta, hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak terjadi.”

“Ada suatu sisi teknis dari hal tersebut, mendeteksi seberapa banyak deforestasi telah terjadi di masa lalu, apa yang telah menjadi penyebab utama atau pendorong deforestasi, dan harapan-harapan yang masuk akal mengenai penyebab utama atau pendorong deforestasi di masa depan.”

“Apakah Anda memperkirakan harga komoditas pertanian akan meningkat? Apakah Anda memperkirakan pertambangan akan diperluas? Apakah Anda memperkirakan perkebunan kelapa sawit akan diperluas, atau apakah Anda memperkirakan harga-harga akan stagnan dan perluasan perkebunan melambat?”

Ia mengatakan bahwa sejumlah tertentu perkiraan tentang masa depan akan dilibatkan.

“Dalam keadaan normal tanpa banyak variasi dalam ekonomi Anda pasti dapat mengharapkan lima tahun terakhir menjadi penduga yang baik untuk lima tahun ke depan. Memperkirakan penyimpangan dari kecenderungan masa lalu hampir mustahil.  Tidak seorang pun mengharapkan krisis keuangan (yang sedang terjadi), misalnya.”

“Bila Anda melewati krisis keuangan dan pendapatan dari lahan berkurang, Anda akan mengharapkan pengurangan kuat dalam konversi lahan berhutan. Bila Anda memperoleh lonjakan harga, bila harga-harga makanan naik, Anda akan mengharapkan lahan pertanian bertambah luas.”

“Jadi memperkirakan beberapa titik ledak ini sangat sulit, dan di sanalah pendekatan pemodelan cenderung untuk gagal.”

Sebagai tambahan terhadap pertimbangan teknis dalam menetapkan REL, ujarnya, ada dimensi politik.

“Karena ada berbagai negara atau kelompok yang mendanai REDD, dan negara atau kelompok yang menerima dana tersebut untuk pengurangan emisi, kedua pihak perlu sepakat mengenai aturan dasarnya dan takaran kinerjanya.  Sebagai akibat dari kesepakatan tersebut, negara-negara akan melakukan serangkaian kegiatan untuk mengurangi emisi terhadap pendapatan finansial yang dapat diharapkan atas usaha mereka. Jadi di situlah masuknya negosiasi tersebut.”

Salah satu masalah utama dalam menetapkan tingkat acuan ialah fakta bahwa banyak negara berhutan tropis tidak memiliki kapasitas kelembagaan dan sumber pengumpulan data untuk memperkirakan dengan akurat stok karbon hutan mereka dan pendorong dari deforestasi.

Namun, metode baru “tahap demi tahap” yang dikembangkan oleh tim CIFOR, dan diadopsi dalam pembicaraan UNFCCC di Durban pada tahun 2011 menawarkan sebuah cara untuk menangani hal ini.

Pendekatan ini memungkinkan berbagai negara untuk mulai menetapkan REL mereka sekarang, dengan menggunakan data deforestasi yang dapat diakses semua orang.

Pendekatan ini tidak seakurat atau setepat karena data spesifik per negara memasukkan jenis hutan dan keadaan nasional, ujar Verchot, tetapi pendekatan langkah-demi-langkah menawarkan jalur-jalur agar sebuah negara dapat beralih ke perkiraan yang lebih rumit dan lebih pasti ketika datanya semakin baik.

“Kami mempersiapkan sebuah jalur mengenai bagaimana Anda beralih dari informasi yang paling dasar sampai memperoleh informasi yang lebih lengkap sehingga Anda memperoleh perkiraan yang lebih baik, perkiraan yang lebih akurat, dan tidak terlalu bias. “Setiap langkah” mendaftarkan serangkaian perbaikan yang dapat dibuat ketika berbagai negara mempersiapkan sebuah program REDD+”

“Kami telah menguraikan mengenai bagaimana tingkatan yang berbeda dalam mengumpulkan jenis-jenis data ini – data deforestasi, data kandungan karbon, data kerapatan karbon – sebenarnya akan berubah ketika Anda bergerak dari fase persiapan ke fase demonstrasi kegiatan, sampai ketika Anda meningkat pada kompensasi skala penuh untuk pengurangan emisi.”

“Pendekatan ini berorientasi pada solusi, pendekatan ini mengatakan beginilah caranya memulai dan ini beberapa langkah berikutnya yang akan Anda ambil untuk meningkatkan perkiraan Anda.  Jadi sampai pada tahap berbagai negara menganggapnya berguna, dan sampai pada tahap di mana pendekatan tersebut memungkinkan setiap orang untuk bergabung dengan permainannya pada saat dini, saya pikir hal ini merupakan sesuatu yang positif.”

Apa yang masih kurang, menurut Verchot, ialah insentif untuk berbagai negara untuk peralihan setelah melewati langkah pertama.

“Insentifnya akan ada ketika dananya sudah tersedia, dan hal tersebut adalah salah satunya yang tidak ada saat ini dalam negosiasi, dan inilah salah satu penyebab mengapa berbagai negara tidak bergerak maju cukup cepat dalam hal ini.”

“Saat ini juga segala sesuatunya ada dalam fase kesiapan, tidak ada kepastian jangka panjang mengenai pendanaan untuk REDD+, dan itulah salah satu hal yang ditunjukkan oleh penelitian kami sebagai penghalang utama untuk pergerakan majunya REDD+,” ujarnya.

Tetapi sampai saat itu, Verchot mengatakan, menetapkan tingkat acuan dengan menggunakan metode ini dapat setidaknya menggerakkan berbagai negara satu langkah lebih dekat dengan REDD+.

“Sekarang satu negara dapat pergi ke negara lain dan berkata, ‘Kami pikir tingkat emisi kami sekian, dan tingkat ini akan menjadi sekian dalam lima tahun ke depan. Jadi marilah kita bicarakan mengenai macam ganti rugi apakah yang dapat kita peroleh, dan kita dapat membicarakan tentang pengurangan emisi jenis apakah yang siap untuk kami tekadkan.”

“Jadi metode ini menentukan tolok ukur dari mana negosiasi internasional dapat terwujud, baik dari sisi dana maupun sisi pengurangan emisi.”

“Hal ini merupakan langkah pertama.”

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org