Berkas Fakta

Hutan dan bioenergi: Mengoptimalkan penelitian dan teknologi

Kehutanan industri yang ditujukan untuk pembangkit listrik memiliki kemampuan menyediakan suplai berkelanjutan dan kontinyu yang relatif independen dari kondisi cuaca, dibanding misalnya, energi matahari atau air.
Bagikan
0
Terkait teknologi, masih ada ruang penyempurnaan dan peningkatan efisiensi meski sebenarnya teknologi untuk memproduksi bioenergi dari hasil pertanian dab pohon. Tri Saputro/CIFOR

Bacaan terkait

Pemanfaatan bioenergi sebagai sumber energi terbarukan di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan ketersediaan biomasssa, terutama dari hutan yang berlimpah. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan teknologi perlu terus dikembangkan agar pemanfaatan bioenergi dapat maksimal dan menghindari kekhawatiran dapat memicu deforestasi.

Hutan berperan penting sebagai sumber energi terbarukan, sebagai lahan yang didominasi oleh pepohonan sumber biomassa penghasil bioenergi, dan Indonesia memiliki stok biomassa terbesar yang tersimpan pada batang pohon di hutan. Namun, sebagian kalangan masih menilai hal ini sebagai penyebab deforestasi.

Bioenergi merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang berasal dari biomassa, yaitu bahan organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan, diharapkan dapat menjadi solusi kelangkaan energi di dunia yang juga tengah berupaya berpindah dari sumber energi berbasis fosil menjadi energi terbarukan.

Laporan organisasi pangan dan pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa (FAO) pada 2016 menyatakan bahwa produksi bioenergi dari hutan merupakan salah satu opsi pencegahan perubahan iklim. Lebih dari setengah dari hasil produk kayu dunia (1.86 juta m3) digunakan sebagai sumber energi/bahan bakar. Menurut laporan FAO tersebut, penggunaan kayu yang efisien dapat memberikan sumbangsih besar bagi aksi pencegahan perubahan iklim.

  

Selain itu, bioenergi dapat dihasilkan dari hutan dengan jumlah penebangan pohon minimum atau tanpa menebang sama sekali, antara lain menggunakan limbah organik seperti biji atau serasah sebagai sumber biomasa. Biji pohon nyamplung (Calophyllum inophyllum) misalnya, berpotensi memproduksi bioenergi tanpa menimbulkan deforestasi. Biji nyamplung menghasilkan biji dengan kandungan minyak yang tinggi.

Oleh karena itu, dalam mengoptimalkan potensi biomassa hutan sebagai sumber bioenergi, diperlukan penelitian untuk mengungkap potensi biomassa hutan lainnya, disertai peningkatan teknologi dalam mencapai efisiensi biaya dan produksi. Peningkatan dan efisiensi produksi ditujukan untuk menjawab kebutuhan harga, lokasi, ketersediaan sumber, keberlanjutan bahan baku.

Sementara untuk menghadapi tantangan konflik antara masalah ketersediaan pangan dan suplai energi, dan persaingan antar berbagai kebutuhan, diperlukan strategi manajemen bentang alam yang terintegrasi untuk lahan yang multifungsi. Berbagai pendekatan, baik dari segi sumber daya biomassa, teknologi maupun strategi manajemen bentang alam perlu terus dikembangkan dalam menjawab kebutuhan energi dunia.

Pasar internasional

Secara global, transisi penggunaan bahan bakar fosil menjadi bioenergi juga telah mendapatkan perhatian khusus. Berbagai pertemuan diselenggarakan khusus untuk membahas hal terkait dengan energi yang bersih dan terjangkau. Berbagai negara, antara lain Uni Eropa, Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan tengah tengah melakukan persiapan agar suplai energi nasionalnya bersumber dari energi terbarukan.

Bioenergi telah memiliki pasarnya tersendiri. Negara-negara Uni Eropa menargetkan untuk menggunakan 5-10% energi dari energi terbarukan pada 2020. Jepang dan Korea telah menargetkan untuk mencapai 10%  energi bersumber dari energi terbarukan.

Untuk memenuhi target energi terbarukan dari negara-negara tersebut, diperkirakan muncul kebutuhan setara dengan 5- 13.1 juta ton dari pelet kayu atau tiap negara per tahun. Negara-negara di Asia Tenggara dengan kemampuan untuk memproduksi kayu dengan cepat dan sumber biomassa lain yang berasal dari hutan akan merasakan dampak yang positif untuk memenuhi kebijakan energi Asia Timur.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org